Koneksi Antar Materi Modul 3.1
Assalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh.
Perkenalkan saya Shinta
Kurniawati, Calon Guru Penggerak Angkatan 5 dari SDN Duren Sawit 18. Sebelumnya
saya mengucapkan terima kasih kepada Fasilitator saya yaitu Bapak Rahmatullah
dan Pengajar Praktik saya Ibu Sri Purwani, yang selalu membimbing, mengarahkan,
memberikan support, dan mendampingi saya dalam mengikuti Pendidikan Guru
Penggerak ini.
Izinkan saya dalam kesempatan ini
membahas tentang Tugas Koneksi Antar Materi Modul 3.1. terkait Pengambilan
Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Dalam Tugas ini terdapat 14 pertanyaan
dalam LMS yang akan saya coba membahasnya satu per satu.
Pembahasan ini saya coba dalam
bentuk artikel koneksi antar materi yang berhubungan dengan materi-materi yang saya pelajari selama mengikuti
Pendidikan Guru Penggerak. Konsep awal yang akan saya uraikan berhubungan
dengan pertanyaan dasar yaitu:
1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap
Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang
pemimpin?
Dalam pandangan Ki Hajar
Dewantara dengan filsofi triloka memiliki pengaruh bagaimana seorang guru
memngambil suatu keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Ingatkah kita pada
semboyan yang pernah dicetuskan oleh KHD adalah Ing Ngarso Sung Tulodho
(Seorang pemimpin harus mampu memberi tauladan), Ing Madya Mangunkarsa (Seorang
pemimpin juga harus mampu memberikan dorongan, semangat dan motivasi dari
tengah) , Tut Wuri handayani (Seorang pemimpin harus mampu memberi dorongan
dari belakang), yang artinya adalah Seorang pemimpin (Guru) harus smampu
memberikan teladan dan memberikan semangat dan motivasi dari tengah juga mampu
memberikan dorongan dari belakang untuk kemajuan seorang muridnya. Jangan lupa
juga, sebagai pendidik, kita harus menyadari bahwa setiap anak membawa
kodratnya masing-masing. Kita hanya perlu menuntun segala yang ada pada anak,
mengarahkan dan memberi dorongan supaya anak dapat berproses dan berkembang.Dalam
proses menuntun, anak akan diberi kebebasan, dalam hal ini guru sebagai pamong
memberikan tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah serta
membahayakan dirinya serta anak menemukan kemerdekaannya dalam belajar sehingga
akan berdampak pada pengambilan keputusan yang tepat dan bertanggung jawab.
Dalam hal tersebut, maka guru harus mampu mengambil keputusan yang berpihak
pada murid serta bijaksana. Berdasarkan hal tersebut guru sebagai pemimpin
pembelajaran sudah sepatutunya menerapkan pengambilan keputusan yang berpihak
pada murid, dengan menerapkan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip
penyelesaian dilema, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dengan
alasan tersebut maka seorang guru yang
dianggap sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu menjadi sosok yang bisa
mengambil suatu keputusan yang tepat yang berpihak pada murid. Dalam mengambil
suatu keputusan dari suatu permasalahan yang timbul saat menjalankan perannya
sebagai penuntun maka seorang guru harus menerapkan 4 paradigma pengambilan
keputusan, 3 Prinsip pengambilan keputusan dan melakukan 9 langkah dalam
pengambilan keputusan, baik dalam
masalah dengan jenis dilema etika atau masalah dengan jenis bujukan
moral.
2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita,
berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu
keputusan?
Etika terkait dengan karsa karena
manusia memiliki kesadaran moral. Akal dan moral dua dimensi manusia yang
saling berkaitan. Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran
moral. Dari kutipan tersebut kita bisa menarik kesimpulan bahwa karsa merupakan
suatu unsur yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia. Karsa ini pun
berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang,
disadari atau pun tidak. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari
pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur
dilema etika. Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di
sini adalah yang paling sering dikenali dan dapat kita digunakan sebagai
seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil sebuah keputusan. ketiga prinsip
ini seringkali membantu dalam menghadapi pilihan- pilihan yang penuh tantangan,
yang harus kita hadapi sebagai pemimpin pembelajaran. Ketiga prinsip tersebut
adalah:
Berpikir Berbasis Hasil Akhir
(Ends-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Peraturan
(Rule-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Rasa Peduli
(Care-Based Thinking)
Nilai-nilai yang tertanam dalam
diri seorang pendidik tentunya adalah nilai kebaikan, kejujuran, tanggung
jawab, disiplin, toleransi, gotong-royong dan nilai kebaikan lainnya.
Nilai-nilai tersebut adalah nilai-nilai yang paling kita hargai dalam hidup dan
sangat berpengaruh pada pembentukkan karakter , perilaku dan membimbing dalam
kita mengambil sebuah keputusan. Sebagai Guru Penggerak, tentunya ada beberapa nilai
yang harus dipegang seperti nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan
berpihak pada murid. Untuk dapat mengambil keputusan yang tepat diperlukan
nilai-nilai atau prinsip, pendekatan, dan langkah-langkah yang benar sehingga
keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang
paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada
anak didik kita. Untuk membuat keputusan berbasis etika, diperlukan kesamaan
visi, budaya dan nilai-nilai yang dianggap penting dalam sebuah institusi
sehingga prinsip-prinsip dasar yang menjadi acuan akan lebih jelas. Dengan
nilai-nilai kebajikan yang ada dalam diri seorang guru ini maka akan
berpengaruh dalam pengambilan suatu keputusan dari permasalahan yang timbul
dalam kegiatan pendidikan. Nilai-nilai kebajikan yang ada dalam diri guru
diibaratkan seperti gunung es yang hanya terlihat kecil dipermukaan air tetapi
merupakan bagian yang besar di dalam alam bawah sadar kita. Begitu pentingnya bagi seorang guru untuk memupuk
nilai-nilai kebajikan tersebut agar seorang guru bisa menjiwai sebuah
keputusan yang tepat dari permasalahan
yang muncul.
3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya. Keterampilan Coaching adalah keterampilan dalam menggali kemampuan orang lain dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi coachee. Keterampilan coaching yang harus dimiliki diantaranya adalah mampu memberikan pertanyaan yang berbobot, memiliki pembawaan yang positif, kemampuan mendengarkan dan memotovasi, bisa memandu percakapan, berkomitmen untuk terus belajar. Dengan keterampilan coaching tersebut maka membantu seorang guru mengajukan pertanya-pertanyaan yang berbobot untuk memprediksi hasil keputusan dan melihat berbagai opsi sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik dan siap dengan konsekuensi yang ditimbulkan keputusan tersebut. Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping atau fasilisator telah membantu saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, apakah sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal, apakah keputusan yang diambil bermanfaat untuk banyak orang dan apakah keputusan yang diambil tersebut dapat dipertanggung jawabkan. Seorang pendidik harus mampu mengetahui dan memahami kebutuhan belajar serta kondisi sosial dan emosional dari muridnya . Seorang siswa harus mampu menyelesaikan permasalahannya dalam belajarnya . Pentingnya pendekatan Coaching dilaksanakan oleh guru, karena guru dalam hal ini sebagai coach akan menggali potensi yang dimiliki oleh muridnya dengan memberi pertanyaan pemantik sehingga murid dapat menemukan potensi yang terpendam dalam dirinya untuk dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan dengan baik maka keterampilan coaching akan membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan- pertanyaan untuk memprediksi hasil dan berbagai opsi dalam pengambilan keputusan. Coaching dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat yang akan berpengaruh sehingga terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dengan demikian akan berpengaruh bagi peserta didik dalam proses pembelajaran. Sesi coaching membantu guru untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki dan memecahkan permasalahan saat menjadi pemimpin pembelajaran, sehingga pada saat menentukan suatu permasalahan dilema etika seorang guru mampu mengidentifikasi suatu permasalahan dengan tehnik coaching, sehingga mampu menghasilkan keputusan yang tepat dan berpihak pada murid.
4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari
aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan
khususnya masalah dilema etika?
Seorang guru dituntut untuk
memiliki kemampuan dalam mengelola dan menyadari sosial emosionalnya dalam
mengambil suatu keputusan karena kondisi sosial emosional guru yang stabil dan
baik akan memberi pengaruh pada hasil keputusan yang diambilnya. Maka untuk menstabilkan sosial emosional guru
dalam mengambil suatu keputusan, seorang guru perlu memiliki kompetensi kesadaran diri (self
awareness), Pengelolaan diri ( self managemen), kesadaran sosial (social awareness),
dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills). Dengan kompetensi
tersebut maka diharapkan guru akan mampu mengambil suatu keputusan dengan
tepat. Sehingga diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara
sadar penuh (mindfull), terutama sadar dengan berbagai pilihan , konsekuensi
yang akan terjadi, dan meminilisir kesalahan dalam pengambilan keputusan.
Proses pengambilan keputusan membutuhkan keberanian dan kepercayaan diri untuk
menghadapi konsekuensi dan implikasi dari keputusan yang kita ambil karena
tidak ada keputusan yang bisa sepenuhnya mengakomodir seluruh kepentingan para
pemangku kepentingan. Namun tujuan utama pengambilan selalu pada kepentingan
dan keberpihakan pada murid.
5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah
moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Pada pembahasan studi kasus yang
berfokus pada masalah moral atau etika diperlukan kesadaran diri atau self
awareness dan keterampilan berhubungan sosial untuk mengambil keputusan dan
memiliki kesadaran penuh dengan berbagai pilihan yang ada serta konsekuensinya
masing-masing . Kita dapat menggunakan
sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan terutama pada uji
legalitas untuk menentukan apakah masalah tersebut termasuk bujukan moral yang
berarti benar vs salah ataukah dilema etika yang merupakan permasalahan benar
vs benar. Apabila permasalahan yang dihadapi adalah bujukan moral maka dengan
tegas sebagai seorang guru, kita harus kembali ke nilai-nilai kebenaran.
Tetapi, jika masalah tersebut dilema etika atau benar VS benar maka, guru perlu
melakukan pertimbangan terhadap 4
paradigma pengambilan keputusan dan 3 prinsip pengambilan keputusan dan
9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Sebagai pemimpin pembelajaran,
seorang pendidik harus mampu melihat permasalahan yang dihadapi apakah
permasalahan tersebut merupakan dilema etika ataukah bujukan moral. Dengan
nilai- nilai yang dimiliki seorang pendidik tersebut, baik nilai inovatif,
kolaboratif, mandiri dan reflektif seorang pendidik dapat menuntun muridnya
untuk dapat mengenali potensi yang dimiliki dalam mengambil keputusan dan
mengatasi masalah yang dihadapi sehingga dengan nilai- nilai dari seorang
pendidik tersebut, yang merupakan landasan pemikiran yang dimiliki akan
cenderung pada prinsip " melakukan demi kebaikan orang banyak, menjunjung
tinggi prinsip- prinsip/ nilai- nilai dalam diri dan melakukan apa yang kita
harapkan orang lain akan lakukan kepada diri kita. Maka seorang pendidik akan
dapat mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab melalui berbagai
pertimbangan dan langkah pengambilan dan pengujian sebuah keputusan terkait
permasalahan yang terjadi.
6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya
berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Sebagai seorang pemimpin
pembelajaran kita sering dihadapkan pada situasi dimana kita diharuskan
mengambil suatu keputusan, namun terkadang dalam pengambilan keputusan terutama
pada situasi dilema kita masih kesulitan misalnya lingkungan yang kurang
mendukung, bertentangan dengan peraturan, pimpinan tidak memberikan kepercayaan
karena merasa lebih berwenang, dan meyakinkan orang lain bahwa keputusan yang
diambil sudah tepat, perbedaan cara pandang serta adanya opsi benar lawan benar
atau sama-sama benar. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan yang tepat dan
berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman,
hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengenali terlebih dahulu kasus yang
terjadi apakah kasus tersebut termasuk dilema etika atau bujukan moral. Jika
kasus tersebut merupakan dilema etika, sebelum mengambil sebuah keputusan kita
harus mampu menganalisa pengambilan keputusan berdasarkan pada 4 paradigma, 3
prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga hasil
keputusan yang kita ambil mampu menciptakan lingkungan yang positif, kondusif,
aman dan nyaman untuk muridnya. Intinya pengambilan keputusan yang tepat
terkait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika
dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan . Dapat
dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui
proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka
keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari
pihak-pihak yang terlibat , maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya
lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat
menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah
kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Kesulitan-kesulitan yang dialami
di lingkungan saya dalam mengambil keputusan adalah kesulitan /kendala yang
bersumber pada pengambil keputusan, di mana dalam mengambil keputusan tidak
melibatkan guru atau warga sekolah lainnya, sering terjadi perbedaan pandangan
di antara pihak-pihak yang terlibat dalam kasus yang mempersulit tercapainya
kesepakatan, dan sering dalam pengambilan keputusan tersebut , kita tidak
mempunyai pilihan yang lain karena aturan yang ada pada pimpinan/ sekolah,
adanya nilai-nilai kesetiakawanan yang masih kental dalam budaya di lingkungan
menimbulkan rasa kasihan lebih dominan dan terburu-buru dalam pengambilan
keputusan.
8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini
dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan
pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Sebagai seorang pendidik, saya
merasa terbantu dengan penjelasan materi dari modul 3.1 terkait pengambilan
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran karena sebelumnya kita sering menemukan
dilema namun kita belum bisa menyelesaikan permasalahan dengan mengambil sebuah
keputusan dengan tepat, dengan semua materi yang telah dipelajari dari modul
3.1 ini maka ketika kita mengambil keputusan harus memperhatikan beberapa hal
penting terkait 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian
keputusan maka keputusan yang kita ambil akan berdampak baik kepada murid
karena pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah dapat memberikan keselamatan
dan kebahagian pada murid, sehingga dengan keselamatan dan kebahagiaan yang
didapatkan oleh murid maka kita telah mampu memerdekakan mereka dalam belajar
Pendidik sudah seharusnya memberikan keputusan yang bersifat positif, membuat
siswa merasa nyaman, dan tenang. Semuanya dilakukan untuk memerdekan siswa
dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan belajar mereka. Karena pengambilan
keputusan yang tepat akan mempengaruhi pengajaran seorang guru untuk mewujudkan
Pendidikan yang memerdekakan murid.
9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil
keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Untuk mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus benar- benar memperhatikan kebutuhan belajar murid. Jika keputusan yang kita ambil sudah mempertimbangkan kebutuhan murid maka murid akan dapat menggali potensi yang ada dalam dirinya dan kita sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya dan menuntun murid dalam mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga keputusan kita dapat berpengaruh terhadap keberhasilan dari murid di masa depannya nanti. Pendidik yang mampu mengambil keputusan secara tepat akan memberikan dampak akhir yang baik dalam proses pembelajaran sehingga mampu menciptakan well being murid untuk masa depan yang lebih baik. Dengan tujuan akhir dari pembelajaran yang kita lakukan adalah merdeka belajar. Merdeka belajar berarti siswa bebas untuk mencapai kodrat alamnya (mengembangkan potensinya) tanpa ada tekanan dari pihak manapun. Siswa juga dapat mencapai kebahagiaannya sesuai dengan potensi yang dia miliki. Maka keputusan yang kita ambil tidak boleh merampas kebahagiaan siswa dan juga merampas potensi yang dimiliki siswa. Dengan kata lain setiap keputusan yang diambil harus berpihak pada murid. Karena seyogianya seorang guru menghamba pada murid.
10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat saya tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan akhir yang saya
peroleh dari pembelajaran materi ini dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya
adalah, merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan untuk memerdekakan
murid dalam belajar, sebagaimana dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa
Pendidikan bertujuan menuntut segala proses dan kodrat/potensi anak untuk
mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya
sendiri, sekolah maupun masyarakat.
Dalam melaksanakan proses
Pendidikan, seorang pendidik harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar
muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki
dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Untuk dapat
mengambil sebuah keputusan dengan baik maka keterampilan coaching akan membantu
kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan- pertanyaan untuk
memprediksi hasil dan berbagai opsi dalam pengambilan keputusan.
Keterampilan coaching ini dapat
membantu murid dalam mencari solusi atas masalahnya sendiri tidak sebatas pada
murid, keterampilan cocaching dapat diterapkan pada rekan sejawat atau
komunitas terkait permasalahan yang dialami dalam proses pembelajaran. Selain
itu diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri
(self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan
berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan dan proses
pengambilan keputusan diharapkan dapat dilakukan secara sadar
penuh(mindfullness), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.
11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah
Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma
pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar
dugaan?
Berdasarkan apa yang sudah saya
pelajari di modul 3.1 saya mampu membedakan antara diema etika dan bujukan
moral. Dimana dilemma etika merupakan situasi dimana terjadi pertentangan dua
kebenaran atau benar vs benar, sementara bujukan moral
adalah situasi dimana terjadi sebuah pertentangan benar lawan salah, sehingga
saya menyadari benang merah antara keduanya. Hal yang tidak terduga adalah pada
saat awal saya mempelajari dilemma etika, saya merasa terjebak dalam menentukan
sebuah kasus antara bujukan moral dan
dilema etika, malahan ada kasus diema etika yang saya kategorikan bujukan
moral, sehingga saya merasa keputusan saya selama ini yang buat sebelum
mempelajari modul ini cenderung kaku atau hanya berbasis peraturan sehingga
saya merasa untuk melenceng dari aturan itu sulit. Keetika mempelajari dilema
etika saya merasa, ada kalanya kita perlu melenceng dari aturan untuk
kemaslahatan yang lebih besar, sehingga paradigma pengambilan keputusan dalam
mengambil keputusan yang berhubungan dengan diema etika sangatlah penting
dilakukan. Begitu pula 9 langkah pengambilan dna pengujian keputusan adalah
langkah yang sangat runut dan terarah yang sangat berguna dalam mengambil
keputusan dan menguji keputusan yang saya ambil.
Empat paradigma pengambilan
keputusan yaitu
• Individu
lawan masyarakat (individual vs community)
• Rasa
keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
• Kebenaran
lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
• Jangka
pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Pentingnya mengidentifikasi
paradigma ini, bukan hanya mengelompokkan permasalahan, namun membawa penajaman
bahwa situasi yang saya hadapi betul- betul mempertentangkan antara dua
nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.
Saya juga sudah memahami tentang tiga prinsip
pengambilan keputusan yang terdiri atas 3 prinsip yaitu
1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Konsep lain yang sangat penting
adalah 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Saya merasa langkah ini
sangat penting untuk memantapkan keputusan yang saya ambil, jika saya sudah
melakukan 9 uji ini maka saya bisa memastikan keputusan saya efektif. Menurut
saya, 9 langkah ini sangat detail dan terstruktur dan juga memudahkan dalam
mengambil keputusan karena runut dan terpola dengan baik
9 langkah tersebut adalah
Langkah 1: Mengenali bahwa ada
nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.
Langkah 2: Menentukan siapa yang
terlibat dalam situasi ini
Langkah 3: Kumpulkan fakta-fakta
yang relevan dengan situasi ini
Langkah 4: Pengujian benar atau
salah, yang terdiri atas:
1. Uji Legal
menyangkut aspek pelanggaran
hukum. Bila jawabannya adalah iya, maka pilihan yang ada bukanlah antara benar
lawan benar, namun antara benar lawan salah. Pilihannya menjadi membuat
keputusan yang mematuhi hukum atau tidak, bukannya keputusan yang berhubungan
dengan moral.
2. Uji Regulasi/Standar Profesional
Berhubungan dengan pelanggaran
peraturan atau kode etik.
3. Uji Intuisi
Langkah ini mengandalkan
tingkatan perasaan dan intuisi Anda dalam merasakan apakah ada yang salah
dengan situasi ini. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini
sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang Anda yakini.
4. Uji Halaman Depan
Koran
Apa yang Anda akan rasakan bila
keputusan ini dipublikasikan pada halaman depan dari koran dan sesuatu yang
Anda anggap merupakan ranah pribadi Anda tiba-tiba menjadi konsumsi masyarakat?
Bila Anda merasa tidak nyaman membayangkan hal itu akan terjadi, kemungkinan
besar Anda sedang menghadapi bujukan moral atau benar lawan salah.
5. Uji Panutan/Idola
Dalam langkah ini, Anda akan
membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan
Anda, misalnya ibu Anda. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada ibu Anda,
namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah
orang yang menyayangi Anda dan orang yang sangat berarti bagi Anda.
Langkah 5: Pengujian Paradigma
Benar lawan Benar
Mengidentifikasi paradigm sanagt
penting karena, ini bukan hanya an permasalahan namun membawa penajaman pada
fokus kenyataan bahwa situasi ini betul-betul mempertentangkan antara dua
nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.
Langkah 6: Melakukan Prinsip
Resolusi , yang terdiri dari 3 prinsip berpikir yaitu:
• Berpikir
Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
• Berpikir
Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
• Berpikir
Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Langkah 7: Investigasi Opsi
Trilema
Mencari opsi yang ada di antara 2
opsi. Apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan
muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan
tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah
kebingungan menyelesaikan masalah.
Langkah 8: Buat Keputusan
Langkah 9, Tinjau lagi keputusan
dan refleksikan
12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan
pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana
pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari modul ini,
saya pernah mengalami masalah yng berhubungan dengan dilema etika. Keputusan
yang saya ambil pada saat itu sering berdasarkan intuisi saya atau berdasarkan
nilai-nilai yang saya pegang dan juga berdasarkan kepedulian kepada orang lain.
Nah, ketika saya mempelajari modul 3.1 ini, saya merasa care based thinking
adalah sebagai sebuah prinsip yang dipakai secara umum dalam mengambil
keputusan terutama yang berhubungan dengan
masalah dilema etika.
Sedangkan untuk kasus bujukan
moral atau moral dilema, saya pernah berada dalam situasi tersebut, namun
ketika itu terjadi saya berusaha mengambil keputusan dengan memikirkan dan
menganalisis salah dan benar dari situasi yang saya hadapi dan saya mengambil
keputusan dengan meminta second opinion dari teman sejawat ataupun keluarga
yang saya anggap lebih berpengalaman atau sebagai panutan saya. Walaupun
langkah pengambilan keputusan saya tidak sama persis seperti konsep yang saya
pelajari di modul namun ada usur kesamaan yaitu menganalisis unsur kebenaran lawan
kesalahan.
13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam
mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Dampak yang saya rasakan setelah
mempelajari modul 3.1 ini saya merasakan lebih percaya diri dalam mengambil keputusan terutama sebagai
pemimpin pembelajaran, saya lebih percaya diri karena bisa memastikan keputusan
yang saya ambil tepat atau efektif karena sudah melalui proses pengujian
keputusan yang terdiri dari 9 angkah tersebut, walaupun saya juga harus tetap
belajar dan sharing kepada teman sejawat yang sudah berpengalaman untuk
memastikan keputusan saya sesuai atau keputusan saya tersebut tepat. Saya juga
merasakan mendapat pengetahun yang berharga terutama sebagai individu dalam
memandang permasalahn yang saya hadapi.
14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda
sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Menurut saya pengetahuan tentang pengambilan keputusan ini sangat
penting bagi saya sehingga saya bisa mengambil keputusan yang tepat dan
efektif, serta tidak gegabah dalam mengambil keputusan baik sebagai individu
maupun sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah. Sebelum saya mendapat
pengetahuan tentang pengambilan keputusan ini saya merasa bahwa banyak hal atau
keputusan yang saya buat selama ini tidak berdasar alur pemikiran yang jelas
dan terstruktur, sehingga setelah mendapat materi di modul 3.1 mengenal
bagaimana prinsip pengambilan keputusan yang tepat, pola pengambilan keputusan
serta membedakan antara dilema etika dan bujukan moral serta penggunaan 9
langkah pengambilan keputusan, membuat saya semakin mantap dan percaya diri
untuk bisa mengambil keputusan yang tepat. Walaupun saya harus lebih banyak
lagi berlatih lagi dan belajar untuk melatih kemampuan pengambilan keputusan
ini dan menerapkan ilmu yang sudah saya peroleh tapi saya sangat bersyukur bisa
mendapatkan pengetahuan bagaimana orang-orang hebat mengambil keputusan yang
tepat.
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert
Komentar
Posting Komentar